Jumat, 24 Mei 2013




Pemerintah dengan percaya diri, masih menyakini bahwa mengurangi subsidi BBM merupakan pilihan yang paling baik untuk perbaikan ekonomi bangsa kedepan, sementara gelombang penolakan oleh berbagai elemen masyarakat terus bergerak menjadi liar.
Sesungguhnya  kewenangan untuk menaikkan harga BBM merupakan domain pemerintah, akan tetapi sebelumnya harus mendapatkan persetujuan DPR. Tentunya pemerintah telah membuat kalkulasi dukungan partai politik yang tergabung dalam kuwalisi akan tetap solid, dengan menyakini kebijakan kenaikan harga  BBM tersebut akan berjalan mulus.
Sementara diluar gedung DPR demonstrasi seperti bola salju yang semakin besar saja. Hirup pikuk diluar gedung DPR, gelombang penolakan kenaikan harga BBM yang dimotori oleh mahasiswa semakin tidak terkendali, gelombang penolakan yang semakin lantang, seakan belum terdengar oleh pemerintah bahkan ada anggapan belum mewakili konstetuen. Demonstran  semakin buas mengarahkan kepada anarkisme. Eskalasi demonstrasi merupakan jawaban atas kurang didengarnya suara-suara rakyat, sehingga merasa perlu disuarakan dengan lebih lugas lagi.
Pemerintah tetap keukeh mempertahankan kehendaknya, seakan tidak ada pilihan yang lain, kondisi objektif di lapangan seakan menjadi tidak penting lagi, biaya semakin banyak yang dikeluarkan. Demo silahkan demo tetapi kewenangan berada pada pemerintah. Social cost tinggi tak mungkin dihindari, polpos dibakar massa, masyarakat bertanya-tanya apakah harus menunggu resiko yang lebih besar lagi ?
Pada akhirnya, kita kembali kepada sang pencipta, jangan lupa selalu menyampaikan doa, semoga perekonomian Indonesia akan semakin membaik dan cepat beranjak dari kerisis berkepanjangan, kita dituntut selalu berusaha dengan kerja keras, semoga !



TUGAS OPINI

0 komentar:

Posting Komentar